Tafsir Alquran Surat Al-Muddaththir Ayat Ke 17
سَاُرْهِقُهٗ صَعُوْدًاۗ
Latin :
sa`ur-hiquhuu sho'uudaa
Artinya :
Aku akan membebaninya dengan pendakian yang memayahkan.
» Tafsir Tahlili :
(17) Dalam ayat ini, Allah menegaskan bahwa Dia akan memikulkan kepada al-Walīd pendakian yang memayahkan. Maksudnya adalah Tuhan melemparkannya ke dalam neraka yang sangat dahsyat yang tidak ada sanggup ditahan sakitnya. Diibaratkan Allah bahwa kesukaran yang kelak dirasakan pada hari Kiamat diibaratkan seperti pendaki gunung yang disuruh memikul beban yang berat.
Dalam sebuah hadis diriwayatkan bahwa arti ṣa‘ūd (pendakian) dalam ayat ini adalah sebagai berikut:
الصَّعُوْدُ جَبَلٌ مِنْ نَارٍ يَتَصَعَّدُ فِيْهِ الْكَافِرُ سَبْعِيْنَ خَرِيْفًا ثُمَّ يَهْوِىْ بِهِ كَذَلِكَ فِيْهِ أَبَدًا. (رواه أحمد والترمذي عن أبي سعيد)
Sa‘ūd adalah gunung api (di neraka) yang akan didaki oleh orang-orang kafir selama 70 tahun dan kemudian mereka (yang mendakinya) jatuh lagi ke bawah. Begitulah berulang-ulang untuk selama-lamanya. (Riwayat Aḥmad dan at-Tirmiżī dari Abū Sa‘īd);Ada yang mengartikan ṣa‘ūd itu dengan suatu azab yang kalau sudah menimpa seseorang, tidak akan pernah berhenti.
» Tafsir Wajiz :
Allah melanjutkan ancamannya terhadap yang menolak kebenaran Al-Qur’an. Karena ia berkeras menolak ayat-ayat-Ku, maka Aku akan membebaninya dengan pendakian yang memayahkan.
» Tentang :
Surat Al-Muddaththir mengandung pesan-pesan pokok yang berkaitan dengan iman, akhlak, dan petunjuk hidup.
Ayat-ayatnya menampilkan kombinasi ajaran teologis dan nasihat moral yang relevan untuk kehidupan sehari-hari.
Teks ini sering menyertakan kisah-kisah nabi atau perumpamaan untuk memberi pelajaran praktis.
Pembaca dianjurkan memahami konteks ayat agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penafsiran.
Surat ini menegaskan pentingnya berpegang pada wahyu sebagai sumber petunjuk dan hukum.
Dalam banyak bagian terdapat panggilan untuk bertakwa, berbuat adil, dan menjaga akhlak sosial.
Kandungan surat ini dapat dipakai sebagai dasar refleksi spiritual dan pedoman tindakan yang beretika.
Pemahaman yang matang membutuhkan pembelajaran dari ulama dan rujukan tafsir yang terpercaya.
Menghayati makna surat ini membantu membangun keseimbangan antara keyakinan batin dan praktik quotidien.
Semoga penghayatan isi surat ini menumbuhkan keteguhan iman dan perbaikan moral.