Tafsir Alquran Surat Al-Isra' Ayat Ke 50
۞ قُلْ كُوْنُوْا حِجَارَةً اَوْ حَدِيْدًاۙ
Latin :
qul kuunuu hijaarotan au hadiidaa
Artinya :
Katakanlah (Muhammad), "Jadilah kamu batu atau besi,
» Tafsir Tahlili :
(50-51) Allah swt memerintahkan Rasul-Nya untuk memberikan jawaban dan menerangkan kepada kaum musyrikin Mekah bahwa Allah swt berkuasa membangkitkan mereka kembali setelah mereka mati seperti keadaan pada saat pertama kali diciptakan, bagaimanapun juga keadaan mereka, apakah ia berupa tulang, bangkai, batu, besi, atau apa saja menurut pemahaman mereka. Allah swt memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk mengatakan kepada mereka, “Jadilah kamu sekalian batu atau besi.” Maksudnya ialah meskipun mereka telah menjadi batu atau besi, atau menjadi benda apapun menurut dugaan mereka jauh kemungkinannya untuk hidup kembali, sebenarnya Allah swt berkuasa menghidupkan mereka kembali. Itulah sebabnya Allah swt memerintahkan kepada Rasul-Nya agar menjawab keraguan mereka dengan tegas bahwa yang akan menghidup-kan mereka ialah Zat yang menciptakan mereka pertama kali. Apabila Allah swt berkuasa menciptakan mereka pada kali yang pertama dari tanah, Dia pun berkuasa untuk menghidupkan mereka kembali setelah menjadi tanah.
Kemudian dijelaskan bahwa mereka akan menggeleng-gelengkan kepala mendengar penjelasan Rasulullah sebagai tanda bahwa mereka mendustakannya dan betul-betul tidak dapat menerima terjadinya hari kebangkitan. Sikap ini juga sebagai tanda bahwa mereka akan menanyakan kapan terjadinya hari kebangkitan, dan kapan mereka akan dibangkitkan sebagai makhluk baru. Pertanyaan yang serupa dinyatakan dalam ayat-ayat yang lain. Allah berfirman:
وَيَقُوْلُوْنَ مَتٰى هٰذَا الْوَعْدُ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ
Dan mereka (orang-orang kafir) berkata, ”Kapan janji (hari kebangkitan) itu (terjadi) jika kamu orang yang benar?” (Yāsīn/36: 48)
يَسْتَعْجِلُ بِهَا الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ بِهَاۚ
Orang-orang yang tidak percaya adanya hari Kiamat, meminta agar hari itu segera terjadi. (asy-Syūrā/42: 18);Pada hari kiamat, manusia akan dibangkitkan dengan disusun kembali dari tulang ekornya. Nabi Muhammad bersabda:
اِنَّ فِى اْلاِنْسَانِ عَظْمًا لاَ تَأْكُلُهُ اْلأَرْضُ اَبَدًا. فِيْهِ يُرَكَّبُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ. قَالُوْا: أَيُّ عَظْمٍ هُوَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: عَجَبُ الذَّنَبِ. (رواه مسلم عن أبي هريرة)
“Sesungguhnya pada diri manusia ada tulang yang tidak akan termakan tanah selamanya. Dari tulang itu manusia akan disusun kembali pada hari kiamat.” Para sahabat bertanya, “Tulang apakah itu, wahai Rasulullah?” beliau menjawab, “Tulang ekor.” (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah);Di akhir ayat, Allah swt memerintahkan kepada Rasul-Nya agar mengatakan kepada kaum musyrikin bahwa mereka harus bersiap-siap untuk menghadapi hari kebangkitan, karena waktunya sudah dekat, dan memang pasti datang. Orang Arab biasanya mengatakan sesuatu yang akan datang dan pasti terjadi, dengan mengatakan waktunya sudah dekat meskipun berselang lama. Dalam hal ini, Allah swt tidak memastikan kapan hari kebangkitan itu datang kepada semua makhluk-Nya, baik kepada malaikat ataupun Rasul-Nya. Dia hanya memberitahukan hari kebangkitan pasti datang dalam waktu dekat.
» Tafsir Wajiz :
Katakanlah wahai Nabi Muhammad, “Jadilah kamu sekalian, apa saja, batu atau besi, niscaya Tuhan akan mengembalikan kamu kepada keadaan semula ketika diciptakan.
» Tentang :
Surat Al-Isra' mengandung pesan-pesan pokok yang berkaitan dengan iman, akhlak, dan petunjuk hidup.
Ayat-ayatnya menampilkan kombinasi ajaran teologis dan nasihat moral yang relevan untuk kehidupan sehari-hari.
Teks ini sering menyertakan kisah-kisah nabi atau perumpamaan untuk memberi pelajaran praktis.
Pembaca dianjurkan memahami konteks ayat agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penafsiran.
Surat ini menegaskan pentingnya berpegang pada wahyu sebagai sumber petunjuk dan hukum.
Dalam banyak bagian terdapat panggilan untuk bertakwa, berbuat adil, dan menjaga akhlak sosial.
Kandungan surat ini dapat dipakai sebagai dasar refleksi spiritual dan pedoman tindakan yang beretika.
Pemahaman yang matang membutuhkan pembelajaran dari ulama dan rujukan tafsir yang terpercaya.
Menghayati makna surat ini membantu membangun keseimbangan antara keyakinan batin dan praktik quotidien.
Semoga penghayatan isi surat ini menumbuhkan keteguhan iman dan perbaikan moral.