Tafsir Alquran Surat Ta-Ha Ayat Ke 28
يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ ۖ
Latin :
yafqohuu qoulii
Artinya :
agar mereka mengerti perkataanku,
» Tafsir Tahlili :
(27-28) Musa memohon agar lidahnya fasih dan tidak kelu, sehingga ia lancar dan tegas dalam berbicara, supaya kata-katanya mudah dicerna dan dipahami oleh pendengarnya, hingga mereka memperoleh hidayah Allah. Sebab jika lidah Musa kelu mengakibatkan ia tidak lancar bicaranya.
Para mufassir berbeda pendapat tentang sebab ketidakfasihan (kelunya) lisan Musa, sebagai berikut:
a. Bahwa Musa di waktu kecilnya, ia mencabut selembar rambut dari dagu Firaun, maka marahlah Firaun dan ia berencana untuk melampiaskan kemarahannya itu. Kemudian ia meminta kepada istrinya supaya membawakan balah (kurma mentah) dan se-onggok bara api. Istri Firaun membela Musa dengan mengatakan, “Musa masih kecil, belum tahu apa-apa.” Sekalipun ada pembelaan, tetapi Firaun tetap melaksanakan maksud jahatnya, dan bara itu diletakkan di atas lidah Musa. Sejak itulah lidah Musa menjadi kaku. Oleh karena itu Musa a.s. meminta kepada Allah supaya kekeluan lidahnya itu dihilangkan.
b. Kekeluan lidahnya diakibatkan karena faktor psykologis yang membebani Musa, akibat dari tindakan dan perbuatannya menampar dan membunuh seorang Qibty.
c. Menurut pendapat lain, bahwa kekeluan tersebut akibat bawaan sejak lahir.
» Tafsir Wajiz :
Nabi Musa menyadari betapa berat tugas yang Allah amanahkan kepadanya. Dia memohon kepada-Nya seraya berkata, “Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku sehingga jiwaku mampu menanggung tantangan tugasku, dan mudahkanlah untukku urusanku sehingga dakwahku tidak menemui kesulitan, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku yang menghalangi kelancaranku dalam menyampaikan pesan-Mu agar mereka mengerti perkataanku dengan baik.”
» Tentang :
Surat Ta-Ha mengandung pesan-pesan pokok yang berkaitan dengan iman, akhlak, dan petunjuk hidup.
Ayat-ayatnya menampilkan kombinasi ajaran teologis dan nasihat moral yang relevan untuk kehidupan sehari-hari.
Teks ini sering menyertakan kisah-kisah nabi atau perumpamaan untuk memberi pelajaran praktis.
Pembaca dianjurkan memahami konteks ayat agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penafsiran.
Surat ini menegaskan pentingnya berpegang pada wahyu sebagai sumber petunjuk dan hukum.
Dalam banyak bagian terdapat panggilan untuk bertakwa, berbuat adil, dan menjaga akhlak sosial.
Kandungan surat ini dapat dipakai sebagai dasar refleksi spiritual dan pedoman tindakan yang beretika.
Pemahaman yang matang membutuhkan pembelajaran dari ulama dan rujukan tafsir yang terpercaya.
Menghayati makna surat ini membantu membangun keseimbangan antara keyakinan batin dan praktik quotidien.
Semoga penghayatan isi surat ini menumbuhkan keteguhan iman dan perbaikan moral.